Jika Gubernur NTB jadi Presiden, Diyakini Hubungan Antar Negara Harmonis

Malam ini, Saya mengingat diskusi bersama seorang sahabat. Ia bercerita terkait kebaikan Amerika yang banyak dianggap buruk oleh sebagian kalangan. Sahabat ini adalah petugas lembaga dengan penerima hibbah dari beberapa negara tuaq syam, termasuk Amerika.

Saat itu, sempat terlontar dari mulut ini, apa karena Anda penerima hibbah lalu kemudian Anda menganggapnya baik.

“Bukan mas, ini soal TGB,” katanya.

“TGB ?. Gubernur yang mirip ama gua?

“Yee, pede banget loo.”

Kebetulan ia bukan cewek Lombok. Sebuah pulau yang diprediksi luasnya lebih tinggi dari gunungnya. Hanya saja ia ditugaskan karena sebuah mandat, terkait paragraf satu itu. Lalu saya tidak ngelotot Amerika. Saya hanya mencium TGB. Ada apa dengan cucu pahlawan itu. Maulana syehk.

Sekilas pula saat itu, terlintas dalam benak ini, bahwa Saya pernah mendengar nenek berkata tentang mungkin disebut babad. Dua buah babad yang belum saya lupakan. Babad pertama mengatakan bahwa kelak akan ada Datu Tumput Laut.

Babad kedua suatu saat Negara ini akan dipimpin oleh orang yang berbulu lurus dari pulau kecil yang gunungnya sangat tinggi. Singkat diskusi, meskipun diskusi itu tanpa anggaran, tidak tercatat dalam DPA, RKA dan sebutan sejenis yang sering menjadi patokan ASN bekerja, tapi saya tetap menelusurinya.

Karena penelusuran itu, Saya lupa bahwa ia cantik. Singkatnya tak ingin membahas soal asmara bersamanya. Lagian saya juga sudah menikah.

“Baiknya saya garap pesona yang bermanfaat saja,” benak ini.

Dengan rentang waktu yang sedang-sedang saja. Dari diskusi bersamanya terpatri sebuah doktrin bahwa Amerika itu sesungguhnya baik. Namun ditengah keterbatasan pemahaman awamisme tentang Amerika dan segala programnya, diakuinya, lumayan sulit memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait itu.

Namun, untung ia juga berbicara soal Tuan Guru Bajang, sebagai sebuah gelar beberapa ulama’ di Lombok ini. Jadi perdebatan saat itu tidak terlalu panjang. Apalagi pesona ulama’ yang memiliki nama asli Muhammad Zainul Majdi (MZM) itu, kini sedang ngtren. Menuju Kepemimpinan Kabinet di Republik bak tongkat bisa jadi tanaman ini. Indonesia.

“TGB itu simbol keharmonisan, santun, dan merupakan cermin Indonesia,” demikian kesimpulannya. 

Dalam catatan yang bersumber dari diskusi hati ke hati itu, pihaknya memaparkan bahwa karena kemunculan tokoh yang ads dengan ulama’ dan umara itu melahirkan sebuah doktrin yang semakin meyakinkan bahwa Islam itu benar-benar indah, bahkan sangat memungkin dengan pesona ulama asal Lombok ini hidayah untuk para non muslim, semoga pelan-pelan mau mereka (non-muslim) buka.

Pasalnya, antara Islam dan non-Islam, itu tidak bisa dipungkiri seringkali berantem. “Lihat aja tuh di group facebook debat itu,” nyinyirnya.

Penyebabnya sangat sederhana. Singkatnya, mungkin karena sebab atau alasan ini banyak yang melarang publikator berbicara atau menyinggung soal suku, adat, ras dan agama. 

Tapi karena kemunculan TGB di kancah nasional bahkan internasional dengan catatan pertamanya sejak pertemuan TGB dalam agenda UNDP di gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York Amerika Serikat serta pada moment Konferensi UNESCO Global Geopark Network (UGGN) di London, Inggris, diramalnya jika Indonesia dipimpin oleh TGB maka simbiolis mutualisme antara Indonesia dengan negara-negara besar itu akan semakin keren.

Dalam pada ini, ia membahas bukan soal karena kecerdasannya, atau pula karena jabatannya. Tapi karena ulama’ dan hafiznya. Seorang ulama dan hafiz di tengah gempuran beragam isu tentang kejamnya Islam, hadir meyakinkan membawa sebuah kedamaian bahwa prasangka buruk sebuah hubungan yang secuilnya karena sensitifnya perbedaan agama, bisa ditekan.

Tidak ingin terlalu jauh membahas soal itu, maka yuk kembali ke judul. “Karena TGB, Amerika, Arab dan Paman Syam jadi Pede”. Soal arab kami kurangi pembahasannya, pasalnya sudah jelas, menjadi simbol agamanya TGB dan kita-kita ini lo.

Yang perlu dibahas sesuai judul dari diskusi hati ke hati ini adalah seorang kedudukannya sebagai penerima Hibbah dari negara paman syam. Singkatnya sih ia terlihat masih kurang Pede soal itu.
Pasalnya, masih bergelayut dalam sangka masyarakat, bahwa bantuan dari negara paman syam yang non muslim itu adalah enggak boleh,

“haram ya hukumnya,” tanyanya.

Maka karena larangan-larangan yang masih diperdebatkan itu pun para penerima manfaat banyak yang kurang pede. Termasuk sahabat ini. Maklum saja, karena dirinya, diriku dan dirimu hidup di negara yang penuh gosip. Banyak Hoaknya ya bangsa kita.

Telusur terkait hukumnya, enggak bisa memastikanlah, karena disana debat, disono tengkar, disini sewot. Ghibah pun merajalela. Juga banyak perpecahan yang terjadi. Pembunuhanpun tak bisa dihindari.

Sama-sama perbuatan yang enggak boleh juga kan?.

Lalu, apa ini adalah strategi non Muslim untuk memecah Islam?.

Tu kan buruk sangka lagi. Suudzon lo.

Tapi, karena kemunculan TGB ini yang penting untuk disukseskan menuju kursi Indonesia satu, pihaknya sedikit lega. Lega banget deh pokonya. “Salah satunya sih karena beliau itu ganteng,”kesannya.

Takut berbicara terlarut malam, maka tersimpullah senyumnya terkait alasanya nge-fans dengan Gubernur itu. Alasan nge-fans yang penting untuk dipublikasikan.  Adalah Allah SWT mengutus TGB dalam makna otodidak yang bikin rakyat dengan rakyat romantis, serta ummat di negera yang satu dengan negara yang lain enggak cerai.

“Pokoknya bikin kita makin sayang ama Allah sih,” bahasa cewek ini.