Pegawai Puskesmas Tak Berperikemanusiaan! Apakah ini terjadi di Lombok Timur?




Saya mencoba browsing Puskesmas, lalu ketemu pengalaman keluarga pasien ini. Menyakitkan πŸ‘Ώ“Alhamdulillah,πŸ‘Œ” desahku. Bukan karena perlakuan pegawai puskesmasnya lo. Tapi karena, curhat ini tidak berasal dari rakyat Lombok Timur.

Maka sebagai bentuk keprihatinan, saya tulis saja, ikut menggunakan hak menyatakan pendapat di muka umum. Semoga menjadi pelajaran, bahwa jangan ada yang terjadi seperti ini di Lombok Timur.

Karena, saya seringkali mendapatkan titipan salam ke Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur. Terutama dari pasien kesehatan khusus yang juga dibantu secara khusus. Mereka sampaikan terimakasih ke drg. H. Asrul Sani, M.Kes. Salah satunya dari H. Raden Panu Wiyoso.

HR. Pandu Wiyoso pernah bercerita, bahwa drg. H. Asrul Sani, M.Kes saat itu sedang rapat. Tapi ada penderita usus buntu yang mendadak untuk ditangani.

Tanpa birokrasi yang berbelit, Kepala Dinas ini kemudian merekomendasikan untuk mendapatkan bantuan dari seksi Kesehatan Khusus, padahal dana itu belum saatnya dikeluarkan.

“Salam saya ya ma Pak Dokter, anak yang kemarin dibantu meninggal, tapi keluarganya ikhlas dan berterimakasih, karena ada upaya bantuan,” papar Raden Pandu. Dari pengalaman R. Pandu, saya ingin katakan bahwa sesungguhnya, untuk urusan jiwa dan nyawa, pimpinan mengamanatkan, enggak usah berbelit-belit.

Lalu bagaimana dengan curhat warga dengan judul pegawai puskesmas tidak berprikemanusiaan ini? Inilah bunyinya, tanpa dikurangi dan dilebih-lebihkan.   

~~~STAR~~~
Keluhan terbuka pada pegawai sipil yang tak bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya. Khsusunya Puskesmas Pisangan Timur Ciputat Tangerang Selatan.
.
Sumantri
.
Tanggal 4 Juli 2016, Pagi hari, kira-kira pukul sembilan lebih Emak saya muntah darah. Saya panik lalu membawanya Ke Puskesamas Pamulang karena akses kendaraannya lebih mudah.
Dia UGD puskesma Pamulang sya dah meski sabar, karena mengikuti aturan. Daftar, antri, meski Emak dah lemas dan itu baru di tensi tekanan darah.
.
Meski dirujuk ke RSUD Tangerang Selatan. Tapi ....
.
"Maaf Mas, kita ga bisa kasih rujukan, aturannya harus melalui Puskesmas wilayah masing-masing," begitu kata seorang dokter berkerudung berseragam PNS ramah menjelaskan.
.
Aku mengerti. Panggil taksi berangkat ke Puskesmas Pisangan Timur wilayah tempatku tinggal. Sampai di sama turun dari taksi memmapah emak.
Seorang wanita tinggi relatif gemuk mepersilahkan masuk keruang pasien. Dan aku disuruh daftar ke pendaftaran. Aku laksanakan. Setelah mendaftar kembali ke Emak.
.
Ibu duduk berhadapan wanita bebaju hijau dan berkerudung, ia bertanya tentang perihal sakit Emak saya "kenapa, pa yang di rasa," begitu katanya tanpa tensi darah, cek detak jantung, dan cek lambung seperti layaknya pemeriksaan medisi di Puskesmas Pamulang, atau di kilinik pengobatan.
.
"Ya sudah, saya kasih obat magg dan obat mual," tanpa pemeriksaan medis. Inis seperti asal-asalan mengobati orang sakit.
.
Muntah darah itu penyakit serius saya bilang ibu pernah kena TBC dan muntah darah. Maka saya minta rujukan ke RSUD Tangerang Selatan. Dengan alasan dah bebearapa pegawai cuti. Katanya tak bisa memberi rujukan.
.
Kenapa tak bisa? Bukankah di rujukan bisa ditulis diagnosa penyakit dan keluhan pasien lalu di kirim. Tetap tidak bisa katanya. Akhirnya saya pulang dan panggil taksi.
.
Dengan susah payah, akhirnya dapat Taksi. Karena memang akses angkot jauh dari posisi Puskesmas. Saya turun dari taksi ternyata dompet hilang. Beserta-isi-isinya. Pun KTP emak saya.
.
Dan say dipanggil katanya bisa dirujuk, loh kenap tidak dari tadi setlah saya susah paya cari taksi dan dompet hilang beserta isi-isinya.
.
"Mas bisa kita rujuk tapi ke Puskesmas, gitung, persyartan KTP dan KK," kata mereka. Saya marah kenapa tidak dari tadi, setalh KTP hilang. Saya merasa dipermainkan. Karena sayapun sedang sakit sebenarnya.
.
Seorang pegawaib berseragam hitam marah pada saya," Mas jangan gebrak meja saya tau kamu marah, bulan puasa!" Dengan nada tinggi, lalu apa bulan puasa bisa mempermainkan dengan nya seseorang wanita berusia 74 tahun yang sedang payah. Saya bagai mengemis di pelayan kesehatan yang dibangun dengan uang rakyat.
.
Emak saya yang lemah berjalan mengajak saya pualng tak usah berantem. Saya turuti karena kondisi emak yang lemah.
.
Pulang kekontarakan alhamdulillah ada uang sisa. Alhamdulillah bisa bayar taksi.
.
Beberap jam dirumah teman mengajak saya ke puskesma gintung. Sampai sana ibu saya di tensi, ukur detan jantung, cek lambung denga lata yang saya tak tahu apa namanya. Tapi mereka tak bisa merujuk, akhirnya say disuruh ke Puskesmas Pisangan Timur, yang mereujuk Emak saya. Alasan puskesmas gintung bukan wilayah saya minta rujukan ke RSUD. Saya sadar saya sedang dipermainkan. Tapi say tak marah-marah meski mereka kasih obat darah tinggi pada ibu saya yang darah rendah.
.
Saya penasaran, saya bertanya," doke, kenapa Puskesas Pisangan tidak bisa kasih rujukan? Begitu tanya saya. Saya kaget mendengar jawabannya.
.
"Mereka, malas," begitu jawabnya.
.
Dari kasus ini saya berharap, para pegawai kesehatan. Setiap nyawa itu berharga. Dan dokter mana saja, aku ingin katakan bahwa kalian adalah manusia yang dilahirkan oleh rahim seorang manusia yang pinya hati, tolong bawalah hati kalian saat mengurus orang sakit.

~~~END~~~

Oke, pegawai puskesmas juga manusia. Hmm, lagi males nulis. Doakan aja tidak terjadi di Lombok Timur. Jika ada yang terjadi, ganti aja pegawainya. Toh, orang-orang kesehatan banyak yang nganggur. Yang lebih sehat dan lebih baik dari pegawai puskesmas yang demikian.