Ceria mendampingi Anak (Kak Hazrin, Kak Samsul, Kak Rusman) |
Gema Pramantik digelar sebagai bentuk kepedulian SBH terhadap
masyarakat dalam mencegah mewabahnya penyakit demam berdarah (DBD) dalam agenda
memberantas jentik dari rumah ke rumah.
Bersama semangat L. Samsul Bahri Pemimpin Saka Bhakti Husada (SBH)
Lombok Timur (Lotim) yang juga menjadi Koordinator Promkes Puskesmas Labuhan
Haji, Gema Pramantik kini sudah banyak direspon.
“Dulu, sulit kita adakan seperti ini, bahkan tidak ada, tapi tahun ini
saya optimis karena dukungan Kak Asrul Sani, Kepala Dikes, dan Kak Gufron,
Ketua Kwarcab Lotim, insyaAllah, semoga semua puskesmas akan merespon,”harap L.
Samsul Bahri.
Pantauan Blogger Kelompok Studi dan Ekstrakurikuler (KSE) Jurnalisme
Adiwiyata Bermitra (Juwiter), sejak SBH dilantik di Dinas Kesehatan tahun 2016
lalu, SBH mulai aktif menggelar program. Pengenalan terapan program, oleh L.
Samsul Bahri di mulai dari wilayah kerjanya yaitu Puskesmas Labuhan Haji.
Program selanjutnya, karena terkait musim mewabahnya Penyakit Demam
Berdarah, maka SBH menggelar Gema Pramantik. Pembukaan, Pencanangan dan
Pelantikan Tim untuk Gema Pramantik di gelar bersama koordinasi dan dorongan Pimpinan
Saka, L. Samsul Bahri yang juga sebagai coordinator Promkes Labuhan Haji.
Berawal dari kegiatan di Kwaran Labuhan Haji, maka, terapan program
Gema Pramantik ini pertama kali direspon dan diagendakan oleh Dewan Kerja
Ranting (DKR) dan SBH Kwartir Ranting (Kwaran) Sakra Timur.
Kegiatan dipusatkan di Lapangan Malubar, Lepak, Sakra Timur pada Sabtu
(07/01/2017) sampai Minggu (08/01/2017) . Hadir pada kesempatan tersebut Kepala
Dinas Kesehatan Lombok Timur, drg. H. Asrul Sani,M.Kes yang diwakili Kepala Seksi Promosi Kesehatan,
Hazrin SKM.
Dalam sambutannya, Hazrin menyampaikan terimakasih kepada Kwaran Sakra
Timur, Puskesmas Lepak dan semua jajaran yang ikut berpartisipasi dalam acara
tersebut. “Dinas Kesehatan berharap, semua Puskesmas bisa mendukung program
Saka Bhakti Husada ini,” kata Hazrin.
Pamong Saka Bhakti Husada Sakra Timur, Ns. Rusman Afandi,S.Kep dalam
kesempatan tersebut menguraikan bahwa dimulainya gema Pramantik dari Sakra
Timur sebagai bentuk antusias bersama dalam membina masyarakat dari generasi ke
generasi untuk mengurangi, mencegah dan memberantas mewabahnya penyakit DBD.
“Kita berharap, Pamong SBH, di semua kwaran dan puskesmas terutama yang
rentan dengan DBD bisa ikut serta mengandekan acara ini, karena, selain sebagai
bentuk pencegahan, ini juga sebagai wadah edukasi untuk adik-adik agar di
keluarganya mereka bisa menjadi Juru Pemantau Jentik (Jumantik),” kata Rusman
yang juga bertugas SMK Kesehatan Karya Adi Husada Rakam itu.
Bak Gayung Bersambut, M. Iwan Taufik, Ketua Panitia Penyelenggara dan
juga para peserta sudah mulai paham dengan apa yang akan dilaksanakannya. Mereka
menjelaskan bahwa Gerakan Bersama pemantauan jentik tersebut akan dimulai di
Kekadusan Tuntang.
Mereka dibekali dengan kartu pemantauan jentik rumah tangga. “Outputnya, kita bisa
mengajak keluarga untuk aktif memantau jentik, agar keluarga bisa terhindar
dari perkembangbiakan nyamuk demam berdarah,”papar generasi itu.
Sisi lain, ironisnya, dari kegiatan tersebut, yang hadir dan
berpartisipasi hanya sekolah swasta yang ada di kecamatan setempat. Diantara
sekolah tersebut adalah MA NW Gereneng, MA NW Surabaya, MA NW Selayar, MA NW
Montong untuk Tingkat Penegak.
Sementara untuk Tingkat Penggalang yang berpartisipasi hanya MTS NW
Montong Betok, MTS NW Gereneng, MTS NW Tanah Abror. Lalu bagaimana dengan
Sekolah Negeri?
Pada kesempatan tersebut, berdiskusi dengan para pemerhati aktivitas
olah bakat, olah minat dan pembinaan aktivitas pengembangan diri siswa tersebut
soal Sekolah Negeri yang tak berpartisipasi dalam kegiatan lingkup kecamatan tersebut,
muncullah kesan bahwa sekolah negeri disana kurang peduli.
Tidak semua sekolah negeri memang, tergantung kepala sekolahnya. Mereka
pun berpesan, agar kekurang pedulian sekolah negeri terkait aktivitas
pengembangan diri siswa, sesering mungkin diangkat ke permukaan.
Pasalnya, bukan hanya dalam kegiatan tersebut, sekolah negeri jarang
berpartisipasi, namun dalam kegiatan-kegiatan kompetensi dan kompetisi terkait
organisasi pengembangan diri lainnya, sekolah negeri masih apatis, terutama di beberapa
kecamatan.