Ilustrasi "Spongebob Berubah Warna" |
Sejak mengenal Dika, hidup Lita berubah menjadi lebih
berwarna. Lita perlahan-lahan sudah mampu melupakan kisah masa lalunya yang
kelam dengan kehadiran Dika dalam hidupnya. Bunga-bunga cinta semakin bermekaran
di hati gadis itu. Lita sangat bersyukur mendapatkan Dika yang mampu menerima
ia apa adanya dan mampu mengerti masa lalunya.
Lita pun berusaha menerima segala kekurangan Dika. Bagi Lita, dalam menjalin hubungan bukan kesempurnaan yang seharusnya dicari, melainkan bagaimana menyempurnakan hal-hal yang sebelumnya belum sempurna. Untuk itu, Lita memutuskan untuk menanggalkan cintanya hanya untuk Dika.
Hari demi hari mereka lalui bersama. Sayup-sayup kerinduan
menyelimuti hati mereka. Ombak yang berkejaran, mentari yang menyengat di siang
hari, putihnya awan, birunya langit menjadi saksi “kencan” pertama mereka kala
itu.
Bentangan nyiur yang melambai-lambai seolah menyapa dua
sejoli yang sedang dimabuk cinta. Daun-daun pun ikut menari-nari seolah-olah
ikut berbahagia melihat senyum yang menggurat di bibir mereka. Suara angin
berdesis nyaring, berbisik di telinga mereka akan janji suci yang telah mereka
sematkan di lubuk hati mereka. Cuaca memang sangat bersahabat kala itu. Tidak
ada gumpalan awan hitam menggantung di atas hamparan laut yang akan menghalangi
sorotan sinar matahari ke bumi.
Tatapan mereka berserobok. Setiap Dika memandang Lita, ada
sorotan ketulusan yang memancar dari bola mata indah itu. Lita percaya, bahasa
mata lebih jujur daripada bahasa lidah. Banyak hal yang bisa terbaca dari mata
dan tidak tergambar dari lidah.
Hingga beberapa hari kemudian, berita tentang hubungan
asmara Lita dan Dika mulai menyebar di seluruh penjuru sekolah. Lita dan Dika
pun mulai berani mempublikasikan hubungan mereka di social media, khususnya
facebook. Saling tag menge-tag pun terjadi. Dan terciptalah “Calls Favorite”
dalam hubungan mereka yang mungkin tidak dimiliki oleh pasangan lain, Spongebob
dan Doraemon.
Mengapa demikian ? Karena Dika sangat menyukai tokoh kartun
berbentuk spons mandi yang identik dengan warna kuningnya ini dan juga tokoh
kartun asal Jepang yang identik dengan kantong ajaibnya ini. Memang sih,
kedengarannya sedikit alay dan aneh. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka pun
terbiasa melafazkan panggilan tersebut. Semakin hari, hubungan asmara dua sejoli itu semakin
romantis.
Surat-surat cinta nan romantis dengan coretan-coretan tangan
yang indah dari pena bermerk cinta dan tinta-tinta kasih sayang dari Si
Spongebob untuk Si Doraemon menorehkan kenangan yang tak pernah bisa dilupakan.
Setiap momen tak pernah lupa mereka abadikan. Kerikil-kerikil kecil dalam
hubungan mereka pun dapat mereka lewati.
Tanpa kita sadari foto bisa menyimpan kenangan lebih lama
dari ingatan kita sendiri. Lita kerap kali berpikir “Mengapa cinta ini bisa
datang begitu cepat ? Tanpa ada proses yang biasa orang sebut dengan PDKT.
Mungkinkah dia jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku ?.” Ya, itulah cinta. Cinta
itu tak bersyarat. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, tidak bisa
didefinisikan, dan hanya dirasakan dengan hati. Dalam hidup, memang banyak hal
yang tak terduga yang mungkin akan terjadi. Ada banyak hal yang tidak bisa
dilewatkan begitu saja untuk dijalani.
Setiap bait-bait sms bergenre romantis dari Dika yang berisi
perhatian, ungkapan sayang dengan bumbu-bumbu emoticon yang melengkapinya
membuat Lita speechless, hidungnya kempas-kempis memerah menandakan ia
benar-benar nge-fly dengan sesuatu yang sedang ia baca.
Hingga suatu hari, badai dan topan datang mengguyur romansa
cinta mereka. Masalah yang tidak pernah terbayangkan terjadi. Masalah itu
benar-benar menguji benteng pertahanan cinta mereka. Namun apalah daya, badai
itu berhasil memporak-porandakan hati mereka yang kala itu sama-sama diselimuti
emosi dan hasutan si setan dan kawan-kawannya. Akhirnya, tembok cinta yang
selama ini mereka bangun bersama seketika runtuh.
Semenjak kejadian itu, awan mendung selaksa menggelayut
abadi di relung hati Lita. Petir seolah-olah menyambar menembus relung hatinya.
Kalimat tajam dari Dika menghunjam bertubi-tubi untuk Lita. Lita meringis
membaca inbox dari Dika yang berisi kata-kata cacian yang dilimpahkan untuk
dirinya. Jantungnya mencelos, tak menyangka laki-laki yang selama ini ia
percaya berani melontarkan kalimat-kalimat pedas seperti itu. Padahal Dika
sudah berjanji untuk menerima Lita apa adanya tanpa peduli embel-embel kelamnya
masa lalu Lita. Huh. Lidah memang tak bertulang. Janji hanyalah tinggal janji.